Mencegah Memar Pada Akses Hemodialisis

Mencegah Memar Pada Akses Hemodialisis

Oleh: dr. Ichwan Zuanto 

 

Hemodialisis adalah sebuah proses membuang kelebihan cairan dan sisa metabolisme tubuh yang tidak terpakai dari dalam darah ketika ginjal tidak lagi bekerja sebagaimana mestinya dengan bantuan mesin filter yang terhubung melalui akses vaskular.

Terdapat tiga macam akses vaskular untuk hemodialisis; kateter, graft, dan fistula (shunt) dengan keunggulan dan kekurangan masing-masing yang pemilihannya sangat tergantung pada kondisi pasien. Sebagai gold standard akses vaskular yang terpilih pada mayoritas pasien, fistula atau Arteriovenous Shunt (AV Shunt) memiliki keuntungan dari segi minimal infeksi pasca-operasi dan dapat dipakai untuk jangka panjang.

AV Shunt memungkinkan aliran darah yang optimal dibutuhkan pada saat hemodialisis melalui operasi penyatuan pembuluh darah arteri dan vena yang terdekat pada area lengan bawah atau lipat siku, umumnya bagian kiri. Namun demikian, AV Shunt ini tidak dapat langsung digunakan setelah pembuatannya karena membutuhkan waktu 4 – 8 minggu untuk maturasi.

Walaupun AV Shunt merupakan akses vaskular pada hemodialisis yang terbaik dan mempunyai risiko minimal, pasien tetap harus diberikan edukasi mengenai permasalahan yang mungkin saja muncul saat penggunaan fistula/shunt-nya. Salah satu dari permasalahan tersebut yaitu memar/warna kebiruan di kulit (bruises).

Memar dan seringkali disertai bengkak (tanpa tanda infeksi) terjadi ketika darah bocor keluar dari pembuluhnya dan masuk mengisi jaringan sekitar. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan memar ini terjadi, diantaranya maturasi fistula/shunt yang kurang baik, penusukan jarum yang menembus pembuluh darah, penekanan pembuluh darah setelah digunakan untuk akses vaskular yang kurang adekuat, pergerakan yang berlebihan pada akses vaskular selama hemodialisis berlangsung, dan mungkin terbentuknya aneurisma pada fistula/shunt.

Beberapa cara untuk mencegah memar pada akses hemodialisis, yang kami kelompokkan kepada: Saat maturasi fistula/shunt, sebelum akses hemodialisis, dan setelah akses hemodialisis.

Pada saat maturasi fistula/shunt, pasien hendaknya diberikan informasi mengenai cara perawatan luka operasi dan anjuran/larangan yang dapat mempengaruhi proses maturasi, diantaranya:

1.    Luka operasi dipastikan kering dalam 2x24 jam pertama/sebelum lepas dressing.

2.    Lengan dengan fistula/shunt disangga bantal setinggi jantung dan upayakan siku tetap dalam keadaan lurus.

3.    Jaga kebersihan kedua tangan dan kulit di sekitar fistula/shunt.

4.    Lakukan pemeriksaan desiran/getaran fistula/shunt secara berkala dan melaporkan kepada dokter jika ada perubahan denyut atau getaran.

5.    Latihan genggam-pijat bola 10-15 menit sehari atau sesuai instruksi dokter.

6.    Tidak mengangkat beban pada tangan dengan fistula/shunt lebih dari 10 kg.

7.    Hindari pengukuran tekanan darah, pengambilan darah/jalur intravena, luka, terbentur/tertindih, dan pemakaian jam, gelang, tas, atau baju ketat pada tangan dengan fistula/shunt.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien sebelum akses hemodialisis supaya mencegah terjadinya memar yaitu memastikan maturasi fistula/shunt cukup dan siap digunakan kepada dokter yang bersangkutan, kemudian cegah penusukan jarum yang menembus pembuluh darah atau reposisi berulang-ulang pada satu titik penusukan dengan cara pengambilan akses vaskular hanya dilakukan oleh perawat dialisis yang terlatih dan profesional dengan pilihan metode yang telah didiskusikan bersama antara pasien-perawat (teknik Ladder atau Buttonhole). Selain itu, pasien diminta untuk sesekali memeriksakan fistula/shunt-nya untuk mendeteksi aneurisma.

Setelah akses hemodialisis didapat, pasien diminta untuk menghindari gerakan yang berlebihan pada fistula/shunt-nya sehingga meminimalisir translokasi jarum selama dialisis berlangsung. Setelah seluruh prosedur hemodialisis selesai dan jarum dicabut, pasien diharuskan melakukan penekanan pada fistula/shunt-nya sekitar 3-5 menit atau perdarahan melalui jarum sudah diyakini berhenti. Apabila terjadi pembengkakan dan kebiruan selama atau setelah hemodialisis, pasien hendaknya jangan panik kemudian melakukan kompres dengan es dan cepat menghubungi staf medis terkait.