Latihan Pernapasan Mandiri untuk Mencegah Komplikasi Pasca Operasi Jantung

Latihan Pernapasan Mandiri untuk Mencegah Komplikasi Pasca Operasi Jantung

 

Penulis: dr. Kevin Triangto, Sp.KFR

 

Telah diketahui bahwa terdapat banyak hal yang harus disiapkan dalam mempersiapkan diri untuk mencapai proses operasi jantung yang optimal, salah satunya adalah latihan pernapasan yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah. Jantung adalah sebuah organ tubuh yang terletak di dalam sangkar dada (sangkar toraks), di mana organ utamanya adalah jantung dan paru. Karena secara anatomis kedua organ tubuh ini terletak berdekatan, tidak jarang kita mendengar bahwa kelainan jantung dapat menyebabkan kelainan paru yang bermanifestasi sebagai gangguan pernapasan. Maka itu, pada seorang pasien yang menjalani operasi jantung, sangkar dada akan dibuka hingga para ahli bedah dapat memberikan tatalaksana optimal pada organ jantung. Sama seperti terjadinya luka pada tubuh, bahwa tubuh akan mencegah gerakan berlebih setelah luka terjadi untuk mengurangi nyeri. Akan tetapi, pada kasus operasi jantung, gerakan pada bagian tubuh yang terluka tidak dapat dihindari, karena sangkar dada bergerak setiap saat untuk memfasilitasi fungsi pernapasan. Penelitian telah menunjukkan bahwa dengan melakukan latihan pernapasan sembari menunggu jadwal operasi sangat efektif untuk dapat mencegah komplikasi pasca operasi, bahkan dapat mencegah kematian karena komplikasi tersebut. Dengan latihan pernapasan yang baik, sangkar dada akan lebih mudah mengembang, sehingga setelah operasi dilakukan, pasien tersebut mampu bernapas lebih mudah, komplikasi pernapasan dapat dicegah, dan proses pemulihan dapat dimulai lebih cepat.1

Tidak ada kontraindikasi khusus untuk latihan pernapasan, kecuali pada pasien yang sedang dalam penurunan kesadaran, atau nyeri yang hebat, latihan pernapasan sangat tidak dianjurkan. Sedangkan indikasi utama dari latihan pernapasan adalah untuk masalah pernapasan, baik pada mereka yang sulit bernapas karena adanya dahak, ataupun mereka yang sulit mengembangkan dada karena kelainan tulang. Latihan pernapasan dalam juga dilaporkan dapat dilakukan sebagai latihan rutin untuk dapat meningkatkan ketahanan (endurance) tubuh, meringankan beban jantung, dan dapat memberikan dampak relaksasi.2

Untuk melakukan latihan pernapasan dalam (deep breathing exercise), sebenarnya tidak ada alat khusus yang perlu disiapkan, namun kita dapat menggunakan jam di handphone ataupun jam dinding dalam meningkatkan efektifitas dari latihan. Latihan dapat dimulai dengan menarik napas (inspirasi) melalui hidung, sehingga udara akan lebih lembab, hangat, dan pada saat yang sama akan menstimulasi gerakan otot diafragma (otot utama pernapasan) secara lebih baik dibandingkan inspirasi dari mulut. Saat mulai inspirasi, hitunglah waktu dua detik untuk mencapai tarikan napas yang maksimal, sehingga tarikan napas menjadi cepat dan dalam. Rasakan udara yang cepat mengalir melalui hidung, tenggorokan untuk menuju paru, dan juga rasakan pengembangan dada ke segala arah, mulai dari atas, samping, dan bawah. Setelah pengembangan dada dirasakan, langkah selanjutnya adalah menahan napas selama 1 detik, lalu hembuskan napas(ekspirasi) melalui mulut secara perlahan selama 3-4 detik. Satu set latihan pernapasan membutuhkan pengulangan sebanyak sepuluh kali, atau sekitar 1 menit, dan latihan ini dapat dilakukan minimal 3 set per hari.

Pentingnya ekspirasi yang lebih lama dibandingkan waktu inspirasi ternyata memiliki dampak yang sangat besar pada organ paru. Seringkali kita mendengar istilah bahwa paru nya kempes dan sulit untuk mengembang, banyak penelitian juga telah menunjukkan bahwa hal ini sering ditemukan setelah operasi jantung.3 Oleh karena itu, dengan waktu ekspirasi yang lebih panjang, tubuh akan diberikan waktu untuk mengeluarkan semua udara yang ada di dalam paru, yaitu mengeluarkan karbon dioksida dalam tubuh. Pada saat yang sama, ekspirasi dapat ditingkatkan dampaknya dengan mengatupkan bibir, sehingga proses membuang napas menyerupai proses meniup. Dengan adanya tahanan pada mulut saat posisi meniup, sebagian dari udara akan kembali menuju paru untuk mengembangkan bagian paru yang kempis pada saat proses ekspirasi. Sehingga demikian, latihan ini dapat membantu memberikan dampak pengembangan paru yang kempis, tidak hanya semata-mata pengembangan dada.

Beberapa hal yang perlu diingat saat berlatih adalah, ketika melakukan latihan pernapasan ini, cenderung pasien sering menengadahkan kepala saat inspirasi, dan hal ini malah akan mengurangi jumlah pengembangan dada. Cobalah untuk mempertahankan posisi kepala anda, dan memfokuskan agar hanya dinding dada yang bergerak. Selain itu, latihan ini dapat dilakukan dalam posisi duduk ataupun berdiri, akan tetapi yang perlu diingat adalah, pasien disarankan untuk tidak bersender, karena akan menurunkan kemampuan pengembangan dari dada belakang. Akan tetapi bila kondisi pasien masih lemah untuk mempertahankan posisi duduk tanpa sandaran, latihan ini tetap dapat dilakukan, dan mungkin pengulangan bisa ditingkatkan dari 10 menjadi 15 kali untuk setiap set nya.

Latihan pernapasan dalam dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Dalam fase persiapan operasi, dikatakan latihan ini efektif bila dilakukan sesering mungkin sebelum operasi, namun penelitian menunjukkan bahwa latihan selama 2 minggu sebelum operasi dapat memberikan dampak yang optimal.3 Penting diingat bahwa latihan yang dituliskan di artikel ini hanyalah satu latihan dalam sebuah rangkaian rehabilitasi kardiopulmoner, dan sangat banyak latihan lain seperti latihan batuk, latihan lingkup gerak sendi, ataupun latihan aerobik dan latihan lainnya.4 Konsultasikan kepada dokter bila anda memiliki keluhan selama latihan mandiri di rumah. Akhir kata, jangan takut untuk memulai latihan pernapasan, karena semakin cepat pasien berlatih, maka fungsi jantung-paru pasien tersebut akan menjadi semakin baik dalam mencegah komplikasi paru karena kelainan jantung.

 

Rangkuman dari beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari latihan pernapasan dalam yang baik, yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan pengembangan sangkar dada

2. Meningkatkan rekrutmen dari otot utama inspirasi yaitu diafragma

3. Membuka sumbatan pada alveolus (bagian terkecil dari organ paru untuk pertukaran

    oksigen)

4. Meringankan beban jantung dengan meningkatkan asupan oksigen

5. Memberikan dampak relaksasi dan memperbaiki rangsang simpatis untuk melambatkan

    laju nadi

 

Gambar - dampak dari mengatupkan bibir (pursed lip) saat ekspirasi

Daftar Pustaka:

Hulzebos EH, Smit Y, Helders PP, van Meeteren NL. Preoperative physical therapy for elective cardiac surgery patients. Cochrane database of systematic reviews. 2012(11).

Moradian ST, Heydari AA, Mahmoudi H. What is the Role of Preoperative Breathing Exercises in Reducing Postoperative Atelectasis after CABG?. Reviews on recent clinical trials. 2019 Dec 1;14(4):275-9.

Perelló-Díez M, Paz-Lourido B. Prevention of postoperative pulmonary complications through preoperative physiotherapy interventions in patients undergoing coronary artery bypass graft: literature review. Journal of physical therapy science. 2018;30(8):1034-8.

Gomes Neto M, Martinez BP, Reis HF, Carvalho VO. Pre-and postoperative inspiratory muscle training in patients undergoing cardiac surgery: systematic review and meta-analysis. Clinical rehabilitation. 2017 Apr;31(4):454-64.

Enright S, Schreuder FM. Management of respiratory diseases. In: Porter S (editor). Tidy's Physiotherapy (Physiotherapy Essentials). 15th ed. Philadelphia (PA): Elsevier; 2013.