Kenali Penyakit Arteri Perifer

Kenali Penyakit Arteri Perifer

Penulis: dr. Muhamad Fajri Adda’i

 

Seorang perokok berusia 65 tahun merasakan nyeri yang semakin memberat di betis tungkai kiri terutama saat berolahraga atau beraktivitas lebih dari biasa sehingga toleransi aktivitas berkurang. Keluhan nyeri ini muncul hilang timbul sejak tiga bulan terakhir namun semakin lama semakin parah, padahal sebelumnya tidak ada riwayat trauma, demam, nyeri pinggang, atau kelemahan tungkai. Pasien memiliki riwayat penyakit hiperlipidemia (peningkatan kadar lemak di tubuh), merokok 1 bungkus rokok per hari selama 40 tahun, serta kegemukan dengan indeks massa tubuh 28 kg/m2. Setelah dilakukan beberapa pemeriksaan seperti USG pembuluh darah, didapatkan bukti sumbatan pada pembuluh darah arteri di tungkai kiri yang menyebabkan keluhan ini.

Kira-kira cerita di atas menggambarkan kondisi penyakit arteri perifer. Penyakit ini disebabkan oleh pengerasan pembuluh darah arteri (aterosklerosis) pada sistem peredaran darah. Arteri adalah pembuluh darah yang membawa oksigen beserta zat nutrisi yang dibutuhkan sel tubuh agar tetap hidup dan menjalankan fungsinya. Pada arteri yang sehat, pembuluh darah arteri bagian terdalam memiliki lapisan yang lembut dan dapat mencegah terjadinya penggumpalan darah sehingga aliran darah dapat berjalan dengan lancar.

Pada penyakit arteri perifer, terjadi penyempitan arteri secara gradual yang memblok aliran darah karena terbentuknya plak. Plak ini tersusun dari kelebihan lemak, kolesterol, sel peradangan, protein, kalsium, dan substansi lainnya yang mengalir di darah. Jika aliran darah terhambat, organ atau bagian tubuh yang seharusnya mendapat suplai darah menjadi rusak bahkan mati. Pada prinsipnya sumbatan tersebut dapat terjadi pada berbagai arteri, jika arteri koroner yang memperdarahi jantung yang tersumbat makanya akan muncul serangan jantung. Begitu pun serangan stroke jika sumbatan terjadi pada arteri yang memperdarahi otak dan dapat juga terjadi pada arteri ginjal serta sistem pencernaan (menyebabkan mesenteric ischemia). Disebut penyakit arteri perifer karena sumbatan biasanya terjadi pada arteri yang mengalirkan darah ke tungkai atau lengan.

Contohnya saat terjadi sumbatan pada kasus di atas (tungkai), ketika digunakan untuk berjalan, menaiki tangga, atau berolahraga kebutuhan oksigen akan bertambah, jika terjadi sumbatan maka pertambahan kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dan akan menimbulkan keluhan berupa nyeri di area betis, paha, atau meluas hingga bokong, tergantung lokasi sumbatan. Gejala ini yang disebut dengan klaudikasio intermiten (KI) karena gejala akan berkurang bila istirahat selama 10 menit. Perjalanan sumbatan dapat terjadi sepanjang waktu dan biasanya akan timbul nyeri tersebut setelah terjadi penyempitan 60% di pembuluh darah. Walaupun begitu, secara umum hanya 10-30% orang dengan penyakit arteri perifer ini yang akan merasakan nyeri yang khas ini.

Selain itu, biasanya juga dapat timbul keluhan kesemutan, berkurangnya kepekaan terhadap rangsang sentuhan, pucat, tungkai berat saat digerakan, kelemahan otot, terganggunya pertumbuhan rambut kaki/tungkai, bahkan jika keparahan sumbatan berlanjut, denyut nadi dapat hilang saat diraba, tungkai bawah dan kaki terasa dingin saat disentuh (apalagi jika dibandingkan dengan sisi sebelahnya), terdapat luka yang sulit sembuh, perubahan warna kulit, gangguan pertumbuhan kuku serta rambut di tungkai, nyeri terus-menerus saat beristirahat terutama saat berbaring malam hari hingga mengganggu tidur, dan gangguan ereksi pada pria terutama dengan kencing manis.

            Jika penyumbatan arteri tersebut semakin parah, komplikasi akan muncul seperti kematian satu tungkai (chronic limb-threatening ischemia) yang membutuhkan amputasi untuk menghindari penyebaran pembusukan. Selain itu, jika faktor risiko tidak dikendalikan, dapat juga terjadi serangan jantung dan stroke karena kemiripan faktor risiko penyakit-penyakit ini. Menurut National Institute of Health Amerika, orang dengan penyakit arteri memiliki risiko 6-7 kali lipat serangan jantung atau stroke dibandingkan populasi umum. Begitu pun sebaliknya, 1 dari 3 orang dengan sumbatan jantung juga memiliki penyakit arteri perifer.

            Faktor risiko yang berkontribusi terhadap pembentukan plak tersebut diantaranya:

-          sakit kencing manis (diabetes melitus)

-          darah tinggi (hipertensi)

-          kadar lemak dan kolesterol darah yang tinggi (dislipidemia)

-          obesitas

-          gangguan ginjal

-         gangguan imun termasuk autoimun

tingginya kadar homosistein (asam amino)

-         usia tua di atas 65 tahun, atau 50-64 tahun dengan berbagai komorbid kardiovaskular

-       riwayat keluarga menderita penyumbatan pembuluh darah jantung, stroke, atau penyakit arteri perifer

 

Bagaimana penyakit perifer dapat dideteksi? Penemuan dini kasus penyakit arteri perifer merupakan hal yang sangat penting karena pengobatan dapat segera dilakukan tanpa harus terlebih dahulu menjadi berat bahkan timbul komplikasi. Jika ditemukan gejala beserta faktor risiko tersebut, diharapkan pasien berobat dokter untuk melakukan memeriksaan lebih lanjut. Dokter akan menganalisis dari keluhan yang muncul ditambah dengan pemeriksaan fisik yang sesuai. Selanjutnya, penelusuran diagnosis dan penentuan derajat keparahan penyakit dilanjutkan melalui beberapa pemeriksaan seperti ankle/brachial index dengan membandingkan pengukuran tekanan darah pada tungkai bawah dan atas, ultrasonografi pembuluh darah untuk melihat derajat dan lokasi sumbatan secara langsung sekaligus perubahan dinamika aliran darah, dan angiografi dengan/tanpa computed tomographic (CT) scan atau magneting reasoning (MR) untuk melihat sumbatan dengan memasukan cairan kontras ke pembuluh darah. 

Solusi pencegahan pertumbuhan plak dapat dilakukan adalah menjaga pola hidup sehat, deteksi dini, medikasi dan prosedur intervensi. Jika diagnosis sudah ditegakkan, akan ada obat yang diberikan seperti pengecer darah, statin, dan obat lainnya serta dokter juga akan mempertimbangan tindakan intervensi sesuai kondisi pasien, misalnya pemasangan ring di area sumbatan. Selain itu, manajemen awal yang dapat dilakukan seperti:

-         berhenti merokok

-    mengontrol penyakit penyerta yang dimiliki misalnya menjaga kadar gula agar tetap normal bagi penderita diabetes, tekanan darah yang normal bagi penderita hipertensi, kadar lemak dan kolesterol yang baik

-         mengurangi makanan berlemak yang memiliki saturasi tinggi

-         menjaga berat badan ideal

 

Pedoman NICE dari Inggris menyarankan untuk olahraga berjalan rutin 30-60 menit 3-5 kali per minggu dibawah pengawasan dokter yang merawat, olahraga berjalan ini sangat penting jika telah memiliki gejala KI, pasien diminta untuk terus berolahraga walau nyeri dengan langkah:

1. Berjalan dengan kecepatan yang stabil hingga nyeri sedang hingga kuat muncul kemudian  beristirahat hingga nyeri hilang

2.    Setelah nyeri hilang dapat melanjutkan kembali olahraga berjalan

 

 

 

 

 

 

 

https://heart.bmj.com/content/early/2021/06/23/heartjnl-2019-316164

 

https://www.aafp.org/afp/2019/0315/p362.html

 

Am Fam Physician. 2019 Mar 15;99(6):362-369.

McDermott MM, Kerwin DR, Liu K, et al. Prevalence and significance of unrecognized lower extremity peripheral arterial disease in general medicine practice. J Gen Intern Med. 2001;16(6):384–390.

 

https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/2780485

https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(19)30255-4/fulltext

https://academic.oup.com/eurheartj/article/39/9/763/4095038

https://bjsm.bmj.com/content/bjsports/54/23/1443.full.pdf