Gagal Jantung
Penulis: dr. Moza Guyanto
Jantung merupakan organ vital dalam tubuh kita yang berfungsi untuk memompakan darah ke seluruh organ dan jaringan tubuh demi memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolik agar tubuh kita dapat tetap berfungsi dengan baik. Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung tidak lagi mampu memompakan darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Gagal jantung merupakan manifestasi akhir paling buruk dari hampir semua penyakit jantung mulai dari penyakit jantung koroner, penyakit jantung hipertensi, kelainan katub jantung, penyakit jantung bawaan, kardiomiopati dan penyakit jantung lain. Semakin tahun jumlah penderita gagal jantung semakin bertambah dengan adanya kemajuan dalam pengobatan dan intervensi penyakit jantung sehingga banyak penderita penyakit jantung yang dapat bertahan hidup lebih lama sampai pada stadium gagal jantung.
Determinan dari fungsi kontraktil jantung dapat dilihat dari cardiac output (CO), Stroke Volume (SV), dan Heart Rate (HR). Stroke Volume adalah volume darah yang dipompakan jantung dalam sekali denyut, Heart Rate adalah jumlah denyut jantung per menit, dan Cardiac Output merupakan volume darah yang dipompakan dalam satu menit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa CO = SV x HT. Stroke Volume sendiri dipengaruhi oleh preload (volume darah yang masuk ke dalam atrium kanan jantung dari vena sistemik), kontraktilitas, dan afterload (resistensi arteri sistemik). Pada seorang penderita gagal jantung, jantung tidak mampu memompakan darah secara adekuat sehingga terjadi penurunan cardiac output. Gagal jantung bisa diakibatkan oleh gangguan kontraksi jantung (disfungsi sistolik), gangguan relaksasi jantung (disfungsi diastolik), ataupun keduanya. Karena tekanan darah diformulasikan sebagai CO x Resistensi Perifer, maka penurunan CO juga biasanya menurunkan tekanan darah.
Akibat penurunan cardiac output pada penderita gagal jantung, tubuh merespon dengan beberapa mekanisme kompensasi. Salah satunya adalah perubahan neurohumoral. Mekanisme neurohumoral meliputi respon baroreseptor dan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron. Baroreseptor merespon penurunan tekanan darah dengan menghantarkan sinyal ke medulla oblongata untuk meningkatkan aktivasi sistem saraf simpatik sehingga terjadi peningkatan denyut jantung, kontraktilitas, dan resistensi perifer untuk mempertahankan tekanan darah. Sistem renin-angiotensin-aldosteron dapat meningkatkan volume intravaskular untuk meningkatkan preload yang pada akhirnya dapat meningkatkan stroke volume dan cardiac output.
Pada awalnya mekanisme kompensasi tersebut bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi penurunan tekanan darah yang signifikan akibat penurunan cardiac ouput. Namun lama kelamaan dengan meningkatnya keparahan disfungsi sistolik dan diastolik, mekanisme kompensasi tersebut malah akan memperberat kerja jantung dan memperburuk kondisi penderita gagal jantung. Penderita gagal jantung memiliki keluhan utama berupa sesak napas terutama jika saat berbaring. Selain itu juga bisa disertai dengan kelelahan, bengkak kedua kaki, dan pembesaran perut. Gejala tersebut terutama terjadi akibat penumpukan cairan di paru, tungkai bawah, dan perut akibat gagal jantung yang diperparah dengan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan cardiac output.
Pengobatan pada gagal jantung tentu perlu mengatasi penyebab utama dari gagal jantung tersebut. Selain itu, obat obatan yang digunakan untuk meringankan gejala gagal jantung bekerja dengan memodulasi mekanisme kompensasi yang memperberat kerja jantung. Tranplantasi jantung juga dapat dilakukan untuk penderita tertentu namun sayangnya seringkali terkendala dengan sedikitnya donor. Tentunya tujuan pengobatan gagal jantung selain untuk meringankan gejala juga untuk meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Setelah mengetahui tentang gagal jantung, tentu ada baiknya kita melakukan pencegahan pada faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit jantung dan pada akhirnya dapat mencegah gagal jantung.
Referensi:
Leonard S. Lilly - Pathophysiology of Heart Disease 6th Ed (2015)