Diet Intermittent Fasting pada Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Diet Intermittent Fasting pada Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

 

Penulis: dr. Iman Setiadi

 

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu masalah yang serius terjadi di seluruh dunia. Menurut data dari World Health Organization (WHO), angka kematian akibat penyakit jantung tiap tahunnya mencapai 17,9 juta kematian, dan 1 dari 3 kematian disebabkan oleh penyakit jantung. Secara umum, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, yaitu faktor-faktor yang tidak dapat diubah seperti usia, genetik dan jenis kelamin, serta faktor-faktor yang dapat diubah seperti merokok, obesitas, rendanya aktivitas fisik, kadar lipid yang tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, dan pola makan tidak sehat/buruk. Apabila individu memiliki lebih dari 2 faktor risiko, maka  risiko terjadinya penyakit jantung akan meningkat, sehingga menghindari faktor risiko jantung yang dapat diubah menjadi salah satu kunci utama pada pencegahan terjadinya penyakit jantung.

Belakangan, obesitas menjadi masalah yang besar di seluruh dunia, karena tinggi dan meningkatnya angka obesitas di seluruh dunia. Telah banyak metode diet yang disarankan, namun sampai saat ini masih dibutuhkan metode diet yang lebih efektif untuk menurunkan berat badan. Diet intermittent fasting (IF) merupakan salah satu diet yang sedang berkembang dan populer belakangan ini. Dengan diet ini, seseorang dapat mengonsumsi makanan tanpa perhitungan kalori dalam kurun waktu tertentu (6-8 jam sehari) serta tidak mengonsumsi makanan dalam kurun waktu tertentu (16-18 jam sehari) seperti berpuasa, sehingga menjadikan lemak sebagai bahan bakar utama untuk kebutuhan metabolisme tubuh, yang akan menyebabkan penurunan berat badan. Diet IF juga terkesan lebih mudah dilakukan daripada diet lainnya karena tidak perlu menentukan jenis makanan tertentu yang perlu dimakan, tidak membatasi jumlah asupan kalori harian secara ketat dan periode puasa dapat dilakukan pada malam hari sehingga dapat mencegah night eating.

Banyak penelitian baik pada model manusia dan hewan, memperlihatkan bahwa metode diet IF untuk penurunan berat badan dapat menurunkan risiko berkembangnya penyakit jantung, hal ini berhubungan dengan efek dari diet IF pada faktor risiko jantung seperti, obesitas, diet yang tidak sesuai, insulin resistens, DM Tipe 2, dan hipertensi.

Dalam sebuah studi tahun 2017 di Journal of American Medical Association, metode diet ini memiliki efektivitas yang sama dengan diet restriksi (pembatasan) kalori, hal ini dilihat dari terjadinya penurunan berat badan yang sama antara kedua diet ini. Banyak penelitian lain menunjukkan efek yang baik terhadap kesehatan jantung dengan cara penurunan kolesterol, tekanan darah, insulin, dan kadar gula darah. Dalam sebuah studi tahun 2020 di jurnal Cell Metabolism, diet intermittent fasting memberikan manfaat pada wanita dengan sindroma metabolik (kelompok gejala yang meliputi obesitas, dislipidemia, hiperglikemia, dan hipertensi). Ketika kelompok wanita dengan sindroma metabolic melakukan diet IF memperlihatkan hasil yang baik pada nilai tekanan darah yang lebih rendah, nilai kolesterol yang lebih baik, dan lonjakan gula darah yang lebih sedikit. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa Diet IF menurunkan peradangan kronis, dimana peradangan dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Efek penurunan berat badan dari diet IF ini disebabkan oleh penggunaan keton sebagai energi sel utama tubuh, termasuk otak. Keton merupakan hasil pemecahan lemak tubuh yang digunakan saat kadar gula darah menurun pada periode puasa yang panjang. Selain itu kadar insulin akan menurun dan glucagon akan meningkat. Perubahan ini menyebabkan kadar insulin turun, glucagon naik serta peningkatan fungsi dan resistensi tubuh terhadap stress, injuri dan penyakit.

Dari banyaknya hal positif dari diet IF ini, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Pada beberapa jam saat awal periode puasa dapat menyebabkan lemah, pusing sampai gangguan mood. Selain itu, pada pasien yang sering mengalami hipoglikemia, diet ini tidak dapat dilakukan. Sedangkan, pada pasien yang mengkonsumsi obat antidiabetes, dapat menyebabkan hipoglikemia berat dan kematian.

Dengan segala benefit dan risiko yang akan terjadi, diet IF dapat menjadi salah satu pilihan yang efektif untuk melakukan penurunan berat badan dengan beberapa manfaat tambahan lainnya.