Electrophysiology Study (EPS)

-

Untuk menilai sistem konduksi listrik jantung sehingga dokter dapat menganalisa penyebab gangguan irama jantung dan menjadi panduan untuk penatalaksanaan selanjutnya.

  • Elektroda akan dipasang pada dada untuk memonitor irama dan denyut jantung selama tindakan.
  • Alat monitor dan akses intravena (infus) dipasang.
  • Daerah selangkang dan dada akan dicukur dan dibersihkan menggunakan cairan antiseptik dan ditutup dengan kain steril.
  • Dokter akan menyuntikkan obat anestesi lokal pada daerah tersebut sehingga akan mengurangi rasa nyeri.
  • Jarum ditusukkan pada area tersebut ke pembuluh darah vena besar dan dipasang kateter sebagai akses kabel yang akan dimasukkan ke jantung.
  • Kabel dan kateter akan dimasukkan. Pada saat tindakan ini dilakukan pasien tidak akan mengalami rasa sakit.
  • Dokter akan melakukan uji aktivitas listrik jantung dengan memberikan rangsang listrik sehingga terjadi perubahan kecepatan dan irama jantung. Pasien akan merasakan perubahan denyut jantung, berdetak cepat atau lambat atau kadang-kadang hilang. Kabel akan merekam reaksi jantung terhadap sinyal listrik tambahan yang dikirim ke beberapa area jantung yang berbeda. Hal ini akan memberikan informasi penyebab aritmia, lokasi jantung yang memberikan aktivitas listrik tambahan sehingga menimbulkan aritmia. Terkadang dokter akan menggunakan obat untuk menimbulkan aritmia.
  • Aritmia yang dipicu ini tidak berbahaya, dapat hilang dengan sendirinya. Apabila tidak hilang maka dokter akan memberikan obat untuk menurukan deak jantung atau terapi listrik (kardioversi).
  • Pemeriksaan ini akan menggunakan sinar x, oleh karena itu apabila pasien sedang hamil, dokter harus diberitahu sebelum tindakan dimulai.
  • Pemeriksaan ini akan berlangsung selama 1-2 jam, apabila terdapat keluhan beritahukan dokter atau perawat.
  • Setelah tindakan selesai, kabel dan kateter dicabut dan pada daerah tusukan diberikan tekanan selama 5-10 menit untuk mencegah perdarahan.
  • Pasien dipindahkan ke ruang perawatan, dimonitor dan disarankan untuk tirah baring selama 4-6 jam setelah kateter dicabut.
  • Penutup luka tusuk dapat dibuka keesokan hari, jaga supaya tetap bersih dan kering. Apabila terdapat bengkak, kemerahan, beritahukan kepada dokter.
  • Latihan fisik yang terlalu berat dan aktivitas seperti mengangkat beban berat dihindari selama 2 minggu.
  • Pasien dapat kembali bekerja dalam beberapa  hari setelah tindakan, tidak diijinkan menyetir selama 1 minggu. Untuk sopir transportasi umum, tidak diijinkan mnyetir selama 6 minggu.

Resiko dan komplikasi yang biasanya terjadi (kejadian >5%)

  Memar kecil pada tempat tusukan jarum atau tempat masuknya kateter/kabel

Resiko dan komplikasi yang tidak biasa terjadi (1-5%)

1.    Memar besar atau bengkak pada tempat tusukan jarum atau tempat masuknya kateter/kabel

2.    Kerusakan pembuluh darah akibat kateter

3.    Sumbatan darah pada paru-paru

4.    Sumbatan pada kaki (Deep vein thrombosis/DVT)

5.    Kematian

Resiko dan komplikasi yang jarang terjadi (<1%)

1.    Gangguan irama jantung menjadi lambat

2.    Kerusakan pembuluh darah yang memerlukan tindakan bedah

3.    Pneumotoraks

4.    Hematotoraks

5.   Tamponade jantung

-

-

-

-

  • Pasien datang ke rumah sakit pada pagi hari sebelum tindakan.
  • Puasa selama 6 jam sebelum tindakan.
  • Dilakukan pemeriksaan darah dan EKG serta foto rontgen dada dan ekokardiografi apabila diperlukan.

  • Memberitahukan daftar obat yang rutin diminum kepada doter/perawat oleh karena ada beberapa obat yang harus dihentikan sementara sebelum tindakan. Obat pengontrol denyut jantung dihentikan 5 hari sebelum tindakan. 
  • Apabila mengkonsumsi warfarin, selama 4 minggu harus memeriksa secara rutin kadar INR, yaitu 2-3.
  • Tiga hari sebelum tindakan, kadar INR harus diperiksa kembali.
  • Memberitahukan adanya riwayat alergi sebelumnya.

Data-data akan disimpan dan dapat dipergunakan untuk kepentingan statistik, pelaporan maupun penelitian dengan tetap memperhatikan kerahasiaan dan hak pasien.