Waspada! Anak Obesitas Rawan Penyakit Jantung

Waspada! Anak Obesitas Rawan Penyakit Jantung

Anak dengan pipi tembem dan tubuh gemuk memang terlihat menggemaskan. Namun kondisi ini dapat memberikan dampak tidak baik pada kesehatan si kecil lho. Hal ini karena bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun bisa mengidap obesitas. Obesitas pada anak-anak terjadi ketika berat badan mereka jauh melebihi berat normal berdasarkan tinggi badan. Anak balita gemuk lebih cenderung menjadi orang dewasa dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Karena hasrat ingin makan yang sangat besar terutama pada saat kecil nantinya akan berpengaruh ketika anak menginjak usia dewasa.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada anak usia 6-12 tahun, kejadian anak yang obesitas di Indonesia mencapai 9.2%. Secara Global, World Health Organization bahkan menaksir 10% anak usia 5-17 tahun mengalami obesitas.

 

Berikut ini adalah 3 hal yang perlu diketahui orang tua mengenai obesitas pada anak:

1.      Penyebab anak mengalami obesitas

a.     a.  Keturunan

Walaupun tidak mutlak, anak dengan orang tua yang mengidap obesitas lebih berisiko mengidap obesitas juga. Faktor genetik biasanya mempengaruhi obesitas seseorang sebesar 33%. Selain bersifat keturunan, hal ini juga karena anak mencontoh pola makan dan gaya hidup orangtuanya.

 

b.    b.  Pola makan

      Disadari atau tidak, risiko obesitas pada anak menjadi semakin tinggi dengan meningkatnya akses pada makanan cepat saji maupun makanan bernutrisi buruk (junk food). Adanya Kurir atau ojek online tanpa disadari juga berpengaruh. Orang tua cenderung lebih mudah menyajikan makanan olahan seperti mie instan, bakso kemasan, sosis, nugget, dibanding dengan makanan dari bahan segar. Alih-alih memasak sendiri tidak jarang orang tua membawa ke restoran cepat sajihanya sekedar memenuhi syarat perut kenyang tanpa mempertimbangkan nilai gizinya. Pada anak yang kurang nafsu makan, susu menjadi senjata pamungkas, orang tua berpikir susu dapat menggantikan kebutuhan nutrisi dari makanan yang seharusnya diberikan. Akibatnya pemberian susu berlebih ini berisiko terhadap kejadian obesitas pada anak. Selain makanan, minuman memiliki andil terhadap obesitas. Maraknya minuman bersoda, minuman berenergi, teh dalam botol atau minuman yang sedang trend seperti minuman dengan bubble diduga menjadi penyebab obesitas juga, mengingat kandungan gula yang sangat tinggi.

 

c.       c. Aktivitas fisik

Kebiasaan duduk lama di depan TV, di depan komputer, dan bermain gadget  menjadi penyebab obesitas pada generasi muda. Dewasa ini penggunaan stroller juga berpengaruh terhadap rendahnya pergerakan fisik pada anak. Jalan-jalan di sekitaran rumah, di pusat perbelanjaan, di bandara bahkan saat rekreasipun anak didorong menggunakan stroller.

 

d.      d. Psikologis

      Jam belajar sekolah yang lama, les tambahan dan budaya mengejek (bullying) baik secara langsung maupun lewat media sosial berpengaruh terhadap tingkat stress pada anak dan akibatnya anak cenderung menjadikan makanan sebagai pelariannya.

 

2.      Cara mengetahui apakah anak Anda obesitas

 

Orang tua patut mengingat bahwa obesitas berbeda dengan sekadar kelebihan berat badan. Penentuan  diagnosis  anak obesitas perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Dokter akan mengukur berat dan tinggi badan anak, serta menghitung Indeks Massa Tubuh/IMT (Body Mass Index/BMI). Hasil ini akan dibandingkan dengan nilai standar.

 

IMT = berat Badan (kg) : (tinggi Badan (m) x tinggi badan (m))

 

 

Nilai IMT

Artinya

18,4 kebawah

Berat badan kurang

18,5-24,9

Berat badan ideal

25-29.9

Berat badan lebih

30-39,9

Obesitas

40 keatas

Sangat obesitas

 

Contoh anak usia 5 tahun berat badan 40 kg, dengan tinggi badan 1,1 meter maka IMT nya adalah 45/(1.12) = 35/1.21 =  33 kg/m2 . Ini berarti anak ini menderita obesitas.

 

3.      DampakKesehatan

Dampak buruk jangka pendeknya yaitu anak akan mudah lelah dan mudah sesak nafas. Gejala lain adalah mendengkur saat tidur. Kualitas istirahat atau tidur anak tersebut dapat menurun akibat gangguan pada pernapasannya. Hal ini dapat menyebabkan prestasi belajar di sekolah menurun karena anak sulit konsentrasi di kelas dan sering mengantuk di siang hari.

Dampak jangka panjangnya adalah diabetes mellitus tipe 2, karena kebiasan mengkonsumsi makanan manis secara berlebihan yang mengakibatkan kadar gula darah tinggi, kondisi ini sangat mengancam jantung.

Tubuh yang lebih besar memerlukan darah lebih banyak. Saat berat badan Anda bertambah, jantung akan memompa lebih banyak darah dari pada sebelumnya. Selain berdetak lebih sering, jantung akan bertambah besar agar bisa mengalirkan lebih banyak darah pada setiap detakan. Peningkatan aliran darah dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, yang merupakan penyebab utama penyakit jantung.

Orang dengan kelebihan berat sering memiliki kadarlemak LDL kolestrol yang tinggi. Terlalu banyak kolestrol akan berpengaruh pada penyempitan/penyumbatan arteri. Hal ini dapat menyebabkan serangan jantung yang mengancam kematian.

 

Setelah membaca ulasan di atas yuk sayangi anak-anak kita dengan mengendalikan berat badannya. Jangan beri ruang untuk obesitasnya.  Pola makan yang teratur dapat menghindari obesitas pada anak menerapkan pola makan 3 kali sehari dalam porsi yang cukup dan bergizi. Jangan asal memilih camilan untuk buah hati Anda. Sebaiknya pilihlah snack yang rendah MSG dan garam. Sebagai penyeimbang, ganti camilan dengan buah, sayuran yang telah diolah, roti gandum, kentang, dan sebagainya. Cobalah membuat kreasi makanan unik, lezat dan menyehatkan agar anak tidak bosan dengan menu yang itu-itu saja. Cobalah berikan pengertian dan teguran kepada anak Anda. Jelaskan dengan gaya bahasa yang mudah mereka mengerti tentang bahaya yang bisa terjadi jika mereka terus-menerus makan tanpa kontrol yang baik.

Selain pola makan ,aktivitas juga perlu diperhatikanya. Jangan biasakan anak tergantung dengan kemajuan teknologi yang ada. Hal ini berpotensi besar membuat mereka malas, ajak anak untuk aktivitas bersama dengan orang tua dan kawan di ruang terbuka.

 

Jantung yang sehat dimulai dari pola hidup sehat di usia dini. Salam sehat.