Operasi Jantung? Siapa Yang Tidak Takut?

Operasi Jantung? Siapa Yang Tidak Takut?

Ole : Ns. Nani Rohani, S.Kep.

Siapa yang tidak takut ketika divonis operasi jantung? Jangankan operasi jantung yang notabene adalah operasi besar, operasi kecil seperti Appendictomy saja, orang merasa takut. Kalau anda tidak percaya, silakan cek ke pasien yang divonis untuk operasi. Perasaan takut, cemas, khawatir, semua menjadi satu. Dan rasa itu manusiawi, karena pada dasarnya kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh setiap manusia.

Apa itu cemas ?

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur Rochman, 2010:104).

Namora L Lubis (2009:14) menjelaskan bahwa kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata atau khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidak pastian di masa mendatang. Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi.

Nevid Jeffrey S. Rathus Spencer A, & Green Beverly (2005:163) memberikan pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat di atas bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian di masa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Apa tanda dan gejala cemas ?

Gejala yang bersifat fisik antara lain: jari tangan dingin, nadi cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang bersifat mental adalah: ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari, 2004:62).

Nevid Jeffrey S. Rathus Spencer A, & Green Beverly (2005:164) mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu:

a.  Gejala fisik dari kecemasan yaitu: kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.

b.    Gejala behavioral dari kecemasan yaitu berperilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen.

c.  Gejala kognitif dari kecemasan yaitu: khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.

Bagaimana cara mengatasi kecemasan pasien yang akan operasi jantung ?

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) terkait masalah kecemasan (ansietas) pada pasien yang akan menjalani operasi dijabarkan sebagai berikut:

a.   Observasi: identifikasi kondisi umum pasien, identifikasi saat tingkat ansietas berubah, monitor tanda-tanda vital, monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal), identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan dan identifikasi pilihan teknik distraksi yang diinginkan.

b.  Terapeutik: ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan, temani pasien untuk mengurangi kecemasan, pahami situasi yang membuat ansietas, dengarkan dengan penuh perhatian, gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan, gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama, serta diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang.

c.     Edukasi: jelaskan prosedur (termasuk sensasi yang mungkin dialami, waktu dan lamanya operasi), informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis, anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi, latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan, dan latih teknik relaksasi (mis, nafas dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing).

d.      Kolaborasi: kolaborasi untuk pemberian terapi antiansietas, jika diperlukan.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meredakan rasa cemas yang dialami pasien, demi menjaga kesehatan mental, antara lain:

1.      Persiapkan hati dan mental. Persiapkan hati dan mental agar operasi berjalan lancar.

2.   Mencari tahu tentang operasi yang akan dijalani. Hal ini dapat membuat pasien lebih mengerti sehingga dapat menurunkan kecemasan.

3.   Laporkan tanda-tanda kecemasan atau depresi. Menurut studi yang dilakukan oleh Samara State University, Rusia, cemas sebelum operasi dapat berdampak buruk pada hasil operasi.

4.   Mengubah pola pikir. Usahakan untuk mengubah pola pikir yang negatif menjadi positif, untuk mengurangi ketegangan sebelum memasuki ruang operasi.

5.   Berikan kenyamanan nonverbal. Beberapa studi menunjukkan bahwa kenyamanan nonverbal seperti menyentuh bahu atau menggenggam tangan pasien dapat mengurangi kecemasan.

6.      Lakukan teknik relaksasi. Relaksasi dapat meningkatkan kesadaran diri dan mengurangi ketegangan.

7.      Tidur cukup. Tubuh yang fit akan membuat proses pemulihan operasi lebih cepat.

Yakinlah bahwa tetap tenang dan sikap optimis dapat berdampak baik pada tindakan bedah yang akan dijalani, serta bisa membantu mempercepat proses pemulihan. Jangan lupa berdo’a dan pasrahkan diri kepada Sang Maha Pencipta.