Hipotensi Bradiaritmia Setelah Penggunaan Bisoprolol

Hipotensi Bradiaritmia Setelah Penggunaan Bisoprolol

 

Hipotensi Bradiaritmia Setelah Penggunaan Bisoprolol pada pasien yang mengalami ST Elevation Myocardial Infarction dengan Gastroenteritis

Penulis: dr. Mohammad Risandi Priatama

 

            Sindrom koroner akut (SKA) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas di antara penyakit kardiovaskular. Pemberian beta bloker fase awal pada AKS setelah pengobatan diketahui dapat meningkatkan hasil akhir pasien dengan mengurangi konsumsi oksigen miokard.1 Namun efek samping pemberian beta blocker seperti bradiaritmia dan hipotensi dapat muncul pada pasien mana pun, terutama jika dosisnya terlalu tinggi atau meningkat terlalu cepat. Kami menyajikan kasus hipotensi bradiaritmia setelah pemberian bisoprolol pada infark miokard ST elevasi pada pasien gastroenteritis.

            Pasien diberikan beta bloker dengan pertimbangan manfaat klinisnya melalui penurunan efek denyut jantung, sehingga mengurangi kebutuhan oksigen miokard dan juga mencegah iskemia dan aritmia terkait iskemik.2

            Pada hari kedua pengobatan, pasien mengalami syok hipovolemik karena diare, muntah hebat, dan asupan oral yang tidak memadai, namun sebaliknya pasien mengalami bradiaritmia. Setelah pengobatan syok diberikan, tekanan darah kembali normal, namun bradiaritmia masih berlanjut. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk menghentikan beta bloker pada hari ketiga pengobatan dan detak jantung dinaikkan ke irama sinus.

            Gangguan irama jantung sering terjadi pada sindrom koroner akut dan sering menyebabkan komplikasi serius pada infark miokard akut (IMA). Bradikardia sinus adalah aritmia yang paling umum terjadi dalam beberapa jam setelah MI dan dapat terjadi hingga 40% dari infark inferior dan posterior.1 Bradikardi mungkin terkait dengan ketidakseimbangan otonom atau iskemia simpul atrium dan sinus (atau keduanya). Masalahnya adalah risiko berkembangnya bradikardia simtomatik dan/atau berbahaya dengan konduksi AV Nodal yang tertekan oleh beta bloker.

            Dalam kasus ini, bradiaritmia terjadi akibat pemberian bisoprolol yang diperkuat dengan peningkatan denyut jantung pasien menjadi normal setelah beta bloker dihentikan.

 

Referensi:

Zheng S, et al. 2015. Effect of early bisoprolol administration on ventricular arrythmia and cardiac death in patients with non-ST elevation myocardial infarction. Heart Asia.

Lu TH, Kam J, et al. 2016. Beta-blocker use and risk of symptomatic brady arrythmias: a hospital-based case-control study. Journal of Geriatric Cardiology