Hati-hati terhadap Penyakit Jantung (karena) Patah hati

Hati-hati terhadap Penyakit Jantung (karena) Patah hati

Penulis: dr. Choiron Abdillah

 

Patah hati merupakan kondisi yang secara umum sudah pernah dirasakan insan manusia, terutama apabila kita baru saja ditinggal oleh orang yang kita kasihi. Ada beberapa perkataan yang cukup sering kita dengar di tengah masyarakat seperti “Anda bisa meninggal karena patah hati.” atau “hati saya sakit sekali semenjak dia pergi.” Bahkan ada sosok yang terkenal membawakan lagu mengenai orang yang patah hati yang belum lama ini wafat dikenal sebagai “The Godfather of Broken Hearts”. Ternyata pernyataan-pernyataan tersebut bukanlah sebuah fiksi belaka. Tahukah anda jika jantung dapat mengalami penyakit apabila anda patah hati?

Sindrom Patah Hati atau biasanya dikenal dengan Kardiomiopati Takotsubo sudah dikenal dan dilaporkan pertama kali pada tahun 1991. Penyakit ini menyerupai penyakit jantung koroner yaitu adanya gangguan fungsi dari bilik kiri jantung namun ketika dilakukan pemeriksaan tidak ada sumbatan pada pembuluh darah koroner. Istilah Tako-tsubo berasal dari Bahasa Jepang yang artinya sebuah wadah yang berbentuk seperti jantung yang agak lonjong dan biasa digunakan untuk menjebak gurita.

Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita yaitu kurang lebih 90% dengan usia rerata 66 tahun. Pasien akan mengalami nyeri dada dan fenomena ini sering dikaitkan dengan reaksi dari meningkatnya hormone stress yang berhubungan dengan depresi dan kesehatan jiwa yang diawali dengan kejadian ekstrim yang membuat anda mengalami tekanan psikis berat seperti berpisah dengan pasangan, atau dikhianati pasangan dan lain sebagainya. Namun tidak sedikit juga dialami ketika mengalami kesenangan yang ekstrim seperti memenangkan hadiah grandprize.

Dengan gejala nyeri dada yang hebat dan pemeriksaan penunjang lainnya yang cukup serupa, penyakit sindrom patah hati sering disalah-artikan sebagai serangan jantung. Gejala tersebut merupakan gejala tersering (76%) diikuti oleh rasa sesak di dada (47%). Sedikit pasien mengalami gejala pingsan yang biasanya berhubungan dengan irama jantung yang tidak stabil. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kondisi ini terbagi menjadi faktor fisik dan faktor psikososial. Faktor fisik tersebut antara lain operasi, serangan asma, sumbatan pembuluh darah di otak, cedera di kepala sementara faktor psikososial meliputi kesedihan karena anggota keluarga meninggal, perceraian hubungan suami istri, masalah finansial, kecemasan dan stress karena public speaking.

Bagaimana membedakan penyakit ini dengan serangan jantung? Tanda dan gejala akan muncul secara mendadak setelah ada stress psiko-emosional yang ekstrim. Selain itu dokter anda juga akan melakukan serangkaian pemeriksaan yang bisa membedakan keduanya. Dimulai dengan pemeriksaan rekaman jantung yang memberikan gambaran berbeda dengan serangan jantung, kemudian pemeriksaan darah untuk menilai adanya kerusakan otot jantung kemudian tes pencitraan seperti USG jantung atau melihat secara langsung pembuluh darah coroner untuk melihat adanya sumbatan atau tidak. Tidak seperti serangan jantung, ketika dilakukan pemeriksaan pembuluh darah koroner tidak ditemukan adanya kelainan. Jika mengalami penyakit ini sebagian jantung anda akan membesar secara temporer dan tidak bisa melakukan fungsi pompa darah yang baik sementara itu bagian lainnya melakukan fungsi dan pompa yang baik atau sedikit lebih kuat. Kondisi ini dapat menyebabkan gagal jantung sedang-berat namun dalam tempo waktu singkat. Oleh karena itu fungsi jantung anda dapat kembali normal dalam waktu yang singkat, berbeda dengan serangan jantung yang biasanya memakan waktu lebih panjang.

Di satu sisi kita tidak perlu khawatir berlebihan dengan kondisi ini. Meskipun cara mengenali penyakit ini masih menjadi perdebatan yang hangat, cara penanganannya sudah cukup dikenal dan akan mengalami perbaikan kondisi seperti awal dalam beberapa minggu. Risiko terjadinya pengulangan gejala juga tergolong kecil walaupun pada kasus yang sangat langka dapat berakibat fatal. Segeralah datang ke dokter untuk melakukan pemeriksaan lengkap agar “patah hati” anda bisa ditangani dengan cepat dan tepat.

 

Daftar referensi:

Ali M, Ali K. Broken heart syndrome: Update. Int J Curr Res. 2017;9(6):52039-44