Haruskah Kita Mengonsumsi Susu Setiap Hari?

Haruskah Kita Mengonsumsi Susu Setiap Hari?

Penulis: Irna Herawati, AMG

 

Susu merupakan bahan makanan cair yang berwarna putih, yang berasal dari kelenjar susu mamalia. Susu menjadi bahan yang pertama kali dikonsumsi oleh manusia sejak dia lahir. Kaya akan zat gizi termasuk senyawa bioaktif yang dapat meningkatkan system imun dalam tubuh. Karena system imun tubuh merupakan system yang sangat kompleks, maka sangat sulit menentukan bahan aktif mana yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan system imun dalam tubuh baik untuk hal promotif, preventif maupun kuratif terhadap suatu penyakit sebagai bagian dari upaya pelayanan medis.

Peningkatan konsumsi susu dan produk olahannya dipengaruhi secara umum oleh meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pengaruh susu terhadap kesehatan dan peningkatan sektor pengolahan pangan. Berdasarkan data, konsumsi susu per kapita per tahun orang Indonesia saat ini sudah meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, namun ternyata masih berada di posisi terendah di antara negara-negara Asia Tenggara.

Meningkatnya konsumsi susu di Indonesia ternyata tidak diiringi oleh naiknya produk susu segar dalam negeri, inilah yang pada akhirnya menyebabkan tingginya impor produk susu dari luar negeri. Saat ini beragam merk susu dan jenis susu beredar banyak di pasaran, mulai dari susu merk lokal bahkan merk impor dengan harga tinggi. Banyak yang mengira bahwa susu dengan harga mahal memiliki kandungan gizi yang lebih unggul dibandingkan dengan susu dengan harga murah.

Tidak jarang sebagai ahli gizi yang bekerja di Pelayanan Rumah Sakit seringkali dilontarkan pertanyaan, “susu merk apa yang bagus ?”. Banyak orang berharap dengan konsumsi susu harga tinggi kandungan gizinya yang unggul akan membantu proses penyembuhannya, atau meningkatkan dayat tahan tubuhnya. Pada anak kecil tidak jarang ibu-ibu beranggapan bahwa susu formula dengan harga yang mahal mengandung nilai gizi yang unggul dan dapat membuat anak menjadi lebih pintar bila dikonsumsi.

Namun pada kenyataannya produks susu di pasaran sudah diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Termasuk dengan hal kandungan gizi susu. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 1 tahun 2018 tentang Pengawasan Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus harus mengandung gizi sebagai berikut :

 

Zat Gizi

Satuan

Minimum

Maksimum

Protein Susu

g/100 kkal

3

5,5

Total Lemak

g/100 kkal

3,3

5,6

Asam Linoleat

mg/100 kkal

300

1200

Asam

mg/100 kkal

50

N.S

Karbohidrat

g/100 kkal

7

-

Vitamin A

IU/100 kkal

250

750

Vitamin D

mcg/100 kkal

40

200

Vitamin E

mcg/100 kkal

0,5

N.S

Vitamin K

mcg/100 kkal

4

N.S

Thiamin (Vit.B1)

mcg/100 kkal

40

N.S

Riboflavin (Vit B2)

mcg/100 kkal

60

N.S

Niacin

mcg/100 kkal

250

N.S

Vitamin 12

mcg/100 kkal

0,15

N.S

Asam Pantotenat

mcg/100 kkal

300

N.S

Piridoksin

mcg/100 kkal

45

N.S

Asam Folat

mcg/100 kkal

10

50

Vitamin C

mg/100 kkal

8

N.S

Kalsium

mg/100 kkal

90

-

Fosfor

mg/100 kkal

60

-

Besi

mg/100 kkal

1

2

Seng

mg/100 kkal

0,5

N.S

Iodium

mcg/100 kkal

5

N.S

Selenium

mcg/100 kkal

1

9

Natrium

mg/100 kkal

20

85

Kalium

mg/100 kkal

80

300

Klorida

mg/100 kkal

55

N.S

Magnesium

mg/100 kkal

6

N.S

Tembaga

mcg/100 kkal

35

100

Sumber : Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 1 tahun 2018 tentang Pengawasan Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus.

Baik susu untuk keperluan gizi khusus maupun susu formula yang memiliki izin edar dari BPOM, artinya susu tersebut akan sesuai dengan angka kecukupan gizi standar yang dianjurkan. Adanya perbedaan harga pada susu yang beredar di pasaran, dikarenan adanya penambahan zat gizi khusus sesuai dengan keperluannya.

Susu sebenarnya merupakan makanan cair, meski dengan kandungan gizi yang lengkap pada dasarnya tidak dapat menggantikan konsumsi makanan utama. Konsumsi susu kemasan dapat dilakukan bagi orang-orang dengan kondisi khusus di antaranya :

1.    Adanya gangguan menelan/ gangguan mengunyah makanan (tidak ada gigi geligi, sariawan, dll).

2.    Pasien Rumah Sakit dengan keperluan medis khusus

3.    Bayi 0-6 bulan yang belum dapat mengkonsumsi makanan lunak/padat.

4.    Anak 7-24 bulan yang tidak dapat mengkonsumsi ASI sebagai makanan utamanya.

5.    Indvidu yang membutuhkan energi lebih dari konsumsi harian biasanya karena faktor tertentu.

 

Pemberian susu formula/kemasan tanpa melihat kebutuhan gizi individu kemungkinan akan berdampak pada status gizi individu tersebut. Misalnya jika seseorang beranggapan susu dapat