Bisakah Atlet dengan Hipertensi tetap Berpartisipasi dalam Olahraga Kompetitif?

Bisakah Atlet dengan Hipertensi tetap Berpartisipasi dalam Olahraga Kompetitif?

 

Penulis:  dr Anang B Maharjito

Hipertensi dimana tekanan darah melebihi 140/90 mm Hg merupakan kondisi kardiovaskukar yang paling sering ditemui tidak hanya pada masyarakat umum namun juga pada populasi atlet.  Atlet merupakan seseorang yang berpatisipasi aktif dalam kompetisi olahraga rutin baik secara individual ataupun secara tim.

Atlet yang mempunyai tekanan darah tinggi akan mengalami beberapa restriksi dalam aktivitas olahraga. Sebelum memulai terapi obat, atlet disarankan untuk merubah gaya hidup menjadi lebih sehat dari sebelumnya. Walaupun hipertensi mungkin berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya aritmia ventrikel dan kematian mendadak, hipertensi sendiri bukan termasuk penyebab kematian mendadak pada atlet.  

Tekanan darah atlet harus selalu diukur sebelum memulai aktivias olahraga. Pengukuran tekanan darah mengikuti ketentuan sebagai berikut:

Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam posisi duduk. Atlet harus duduk selama 5 menit terlebih dahulu sebelum dilakukan pengukuran, dengan punggung bersandar secara rileks dan tangan bersandar setinggi dada.

Tidak minum kafein dan merokok 30 menit menjelang pengukuran

Ukuran cuff yang digunakan harus meliputi 80% dari lingkar lengan dengan manmeter yang telah dikalibrasi

Pengukuran dilakukan minimal sebanyak dua kali dengan jeda 5 menit. Jika perbedaan hasil pengukuran lebih dari 5 mmHg maka dilakukan engukuran Kembali hingga hasil pengukuran tidak berbeda lebih dari  5 mmHg. Lakukan pengukuran pada kedua lengan, hasil yang diperhitungkan adalah hasil yang lebih tinggi

 

Berikut rekomendasi dari Konsensus Bethesda ke 36 tentang eligibilitas olahraga pada atlet dengan darah tinggi:

Sebelum Atlet memulai pelatihan untuk kompetisi, mereka harus menjalani pengukuran tekana darah. Atlet yang awalnya memiliki tekanan  darah tinggi (di atas 140/90 mm Hg) harus mendapatkan pengukuran tekanan darah di luar klinik untuk menyingkirkan adanya hipertensi "jas putih" terisolasi. Mereka dengan pra-hipertensi (120/80 mm Hg hingga 139/89 mm Hg) harus dimotivasi untuk mengubah gaya hidup tetapi tidak boleh dilarang dalam aktivitas fisik. Mereka dengan hipertensi menetap harus menjalani pemeriksaan ekokardiografi. Atlet dengan Hipertrofi ventrikel kiri (LVH) di luar kondisi "atlet’s heart ”harus membatasi partisipasi sampai tekanan darah normal dengan terapi obat yang tepat.

Atlet dengan hipertensi level I tanpa adanya kerusakan organ target termasuk LVH/hipertorfi ventrikel kiri atau penyakit jantung lain tidak seharusnya mendapatkan restriksi / Batasan dalam dalam olahraga kompetitif. Atlet dengan hipertensi harus mendapatkan pemantauan tekanan darah setiap 2 sampai 4 bulan (atau lebih singkat sesuai indikasi) untuk memantau efek dari aktivitas  olahraganya

Atlet dengan hipertensi yang lebih parah yaitu level 2, walalupun tidak ada kerusakan target organ, harus dilakukan pembatasan khususnya olahraga high static kelas III A sampai III C (lihat gambar 1) sampai tekanan darah tekontrol baik dengan obat maupun modifikasi gaya hidup

Semua obat anti hioertensi yang dikonsumsi harus dicatat dan diregistrasi sesuai dengan ketentuan badan doping setempat

Jika keadaan hipertensi bersaman dengan penyakit kardiovaskular lain maka eligibilitas untuk partisipasi pada olahraga kompetitif ditentukan berdasarkan jenis dan keparahan penyakit kardiovaskular yang mendasari.

 

Gambar 1. Kelas Cabang Olahraga berdasarkan unsur statis dan dinamis. Kelas Olahraga III A smapai IIIC merupakan kelas olahraga high static  yang dilakukan pembatasan pada atlet dengan hipertensi level 2. MCV = maximal voluntary contraction. Max O2 = maximal oxygen uptake

 

Referensi :

Graham TP, Driscoll DJ, Gersony WM, Newburger JW, Rocchini A, Towbin JA. 36th Bethesda conference: eligibility recommendations for competitive athletes with cardiovascular abnormalities. Task Force 2: Congenital Heart Disease. J Am Coll Cardiol. 2005;45:1326-33.